10 Tokoh Genius dari Indonesia

No Comments

Selama ini banyak yang menganggap orang indonesia sebagai orang yang kurang pintar, tidak dapat mengembangkan pemikiran yang lebih luas seperti orang jenius di negara-negara lain, permasalahan yang sering muncul dinegara kita yaitu jarangnya menggunakan dan mengasah otak lebih tajam lagi. Berbeda dengan orang luar yang sering mengasah otak mereka dengan hal-hal yang sulit dan butuh kerja otak yang lebih. Kebanyakan dari orang indonesia adalah menghindari atau pasrah dengan aktivitas yang dapat memperkerjakan otak mereka dan lebih memilih tidur siang. Bahkan ada lelucon yaitu otak orang Indonesia bagus untuk penelitian karena masih fresh alias tidak pernah dipakai. Kita juga terkadang muak dengan ocehan orang Negara sebelah yang bilang Indon yang identic dengan kebodohannya. Namun sebenarnya orang Indonesia nggak kalah pinter jika dibanding orang dari Negara maju sekalipun. Yang membedakan adalah mereka memiliki system pendidikan dan infrastruktur yang modern, yang bias memaksimalkan potensi a.k.a otak dari setiap peserta didik.

Lalu mana buktinya kalau orang Indonesia ada yang jenius layaknya orang barat Jepang, atau Amerika? Sebenarnya tinggal jawab Habibie aja orang pintar seluruh dunia juga sudah tahu. Tapi Habibie tidak sendirian, banyak orang jenius Indonesia yang sukses di luar negeri, bahkan memiliki prestasi yang mengagumkan. Menempuh pendidikan di universitas terkenal yang tentu saja bukan STIS, bekerja di lembaga riset terkenal dunia yang juga tentu saja bukan BPS. Sudah sangat banyak media yang membahasnya, tapi tak salah jika membaca lagi. Berikut beberapa contoh Orang Jenius Dari Negeri Indonesia :

Ini Dia Pramusaji Pecel Lele Ber-IPK 3,8

No Comments
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjadi pramusaji di sebuah warung tenda pecel lele menjadi keseharian Farianda Kharisma Putra (20) sejak tiga tahun lalu.


Mahasiswa semester lima Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Jurusan Ekonomi Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah, Palembang, ini tak pernah malu dengan pekerjaannya itu.

"Pernah ada teman sesama kuliah kebetulan makan, dan saya layani. Ada rasa tidak enak juga, tapi segera saya tepis. Mengapa malu melakukan pekerjaan yang benar, kita malu jika mengerjakan yang salah," kata Fari, sapaan akrabnya.

Meski menyandang status sebagai mahasiswa, pekerjaan sebagai pelayan restoran ini tidak menurunkan semangat dan harga dirinya.

Ia tercatat sebagai mahasiswa berprestasi dengan memperoleh IPK rata-rata tiap semester 3,8.

Tak hanya pintar secara akademik, anak pertama dari dua bersaudara ini juga aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan, di antaranya Pusat Kajian Ekonomi Islam UIN Raden Fatah, dan Ketua Bidang Pendidikan Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Islam.

Fari juga menjadi salah seorang mahasiswa penerima beasiswa Bank Indonesia dalam program Generasi Baru Indonesia pada tahun ini. Ia menerima bantuan biaya pendidikan sebesar Rp6 juta.

"Uang diterima dua kali dalam satu tahun dan sudah masuk semua ke rekening. Tapi, saya tidak mau pakai dulu. Untuk nanti saja, ketika lagi skripsi," katanya.

Ini bukan kali pertama Fari mendapatkan beasiswa. Alumnus SMA Pembina ini juga mendapatkan bantuan pendidikan dari PT Pusri ketika di sekolah menengah atas berkat prestasinya yang selalu menjadi juara pertama.

Ketika ditanya bagaimana ia tetap menjaga prestasi pendidikan di tengah kesibukannya sebagai pramusaji, Fari tidak menampik juga dilanda kesulitan. Namun, keadaan itu segera teratasi lantaran dia memegang prinsip untuk lebih mengutamakan pendidikan.

"Saya sempat keteteran saat semester tiga dan empat karena pada masa itu jadwal belajarnya pagi, sementara pulang kerja terkadang jam 02.00 dini hari. Tapi, lambat laun ketemu sendiri iramanya," ujarnya.


Bantu Keuangan Keluarga
Sejak bekerja sebagai pramusaji itu, Fari otomatis tidak lagi memberatkan kedua orangtuanya. Baginya, ini menjadi keberkahan di tengah kondisi ekonomi keluarga yang tengah limbung.

Sang ayah, Karmin Ks (54) kini terbaring sakit dan sudah pensiun dari pekerjaan sebagai wartawan di harian lokal.

"Semula ibu yang menggantikan peran ayah dengan berjualan gorengan di rumah, tapi karena kondisi ayah makin memprihatinkan jadi saya suruh ibu untuk fokus mengurus ayah saja," katanya.

Kini, dalam suasana ekonomi tidak stabil tersebut, Fari bertindak sebagai penopang kebutuhan keuangan keluarga. Penghasilannya sebesar Rp600.000 per bulan digunakan sebagian besar untuk kebutuhan keluarga.

Beruntung baginya mendapat kesempatan berbisnis online penjualan pakaian dengan cara berbagi modal kerja dengan seorang teman.

"Ada sedikit-sedikit untung dari jual pakaian, ambil barang dari teman di Bandung. 

Kelebihan ini biasanya ditabung dan bantu biaya sekolah adik yang masih SMP," ujarnya.

Di tengah perjalanan hidupnya yang tidak seenak remaja lain, Fari tetap optimistis dalam menatap hari depan. Baginya yang terpenting adalah kemauan untuk berusaha.

"Orang bilang kuliah itu mahal, tapi bagi saya tidak. Asal mau berusaha, kita bisa membiayai kuliah sendiri," ujarnya.

Fari pun menjadi sosok yang berbeda dibandingkan rekan-rekannya, karena ia telah merancang rencana menjadi pengusaha seusai menamatkan pendidikan.

Baginya, pengetahuan mengenai ekonomi Islam dapat dijadikan dasar dalam berbisnis.

"Orang sering salah mengartikan dengan menyebutkan ekonomi Islam sebagai salah satu pilihan, tapi yang sebenarnya ekonomi Islam itu adalah solusi," kata Fari menjelaskan dengan berbahasa Inggris. (Dolly Rosana)

Sumber: 
http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/dunia-kampus/15/01/21/nii1al-ini-dia-pramusaji-pecel-lele-beripk-38

Nenek 60 Tahun Ikut Ujian Nasional Paket C

No Comments
Seorang nenek berusia 60 tahun, yang juga pemilik kantin sekolah, bersemangat mengikuti Ujian Nasional Kelompok Belajar Paket C di Kabupaten Jembrana, Bali.

"Dulu saya tidak bisa bersekolah karena tidak memiliki biaya. Biar cuma Kejar Paket C, saya serius mengikutinya," kata Tiotista Sudiarti, nenek enam cucu yang mengikuti UN Kejar Paket C di SD Negeri 1 Dauhwaru, Kecamatan Jembrana, Selasa.

Meskipun berpendidikan minim, lima orang anaknya mampu menyelesaikan pendidikan program sarjana dan saat ini sudah bekerja.



Ia mengaku tidak mau kalah dengan peserta ujian lainnya yang masih muda. "Yang penting tekun, konsentrasi, dan semangat. Saya yakin nilai yang akan saya peroleh tidak kalah dengan yang muda-muda," ujarnya sambil tertawa.

Selain Sudiarti, di SD Negeri 1 Dauhwaru ini, menurut Panitia Pelaksana Ujian Kejar Paket C I Ketut Udara Narayana, ada 46 peserta lainnya.

Ia mengakui, dari seluruh peserta yang akan mengikuti ujian hingga tanggal 16 April tersebut, Sudiarti lah yang berusia paling tua.

"Nenek Sudiarti sangat bersemangat, buktinya dia mampu mengikuti ujian dari pukul 13.30 hingga 18.00 WITA untuk dua mata pelajaran," katanya.

Secara keseluruhan ada 103 peserta ujian Kejar Paket C di Kabupaten Jembrana yang terbagi di dua tempat, yaitu di SD Negeri 1 Dauhwaru dan Pondok Pesantren Nurul Islam, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara.

Dikutip: http://www.republika.co.id/

KH. AS'AD HUMAM, TOKOH INSPIRATIF YANG DILUPAKAN

No Comments
PERNAH memperhatikan sampul belakang buku iqro, ada foto seorang kakek yang memegang tongkat. Tahukah siapa beliau? Beliau adalah K.H. As’ad Humam.

Memang tak banyak orang yang mengenal K.H. As’ad Humam. K.H. As’ad Humam lahir pada tahun 1933. Beliau mengalami cacat fisik sejak remaja. Beliau terkena penyakit pengapuran tulang belakang, dan harus menjalani perawatan di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta selama satu setengah tahun. Penyakit inilah yang dikemudian hari membuat As’ad Humam tak mampu bergerak secara leluasa sepanjang hidupnya. Hal ini dikarenakan sekujur tubuhnya mengejang dan sulit untuk dibungkukkan. Dalam keseharian, sholatnya pun harus dilakukan dengan duduk lurus, tanpa bisa melakukan posisi ruku’ ataupun sujud. Bahkan untuk menengok pun harus membalikkan seluruh tubuhnya. Beliau juga bukan seorang akademisi atau kalangan terdidik lulusan Pesantren atau Sekolah Tinggi Islam, beliau hanya lulusan kelas 2 Madrasah Mualimin Muhammadiyah Yogyakarta (Setingkat SMP).



Nama asli dari KH As’ad Humam hanyalah As’ad saja, sedangkan nama Humam yang diletakkan dibelakang adalah nama ayahnya, H. Humam Siradj. KH As’ad Humam (alm) tinggal di Kampung Selokraman, Kotagede Yogyakarta. Ia adalah anak kedua dari 7 bersaudara. Darah wiraswasta diwariskan benar oleh orang tua mereka, terbukti tak ada satu pun dari mereka yang menjadi Pegawai Negeri Sipil. KH Asad Humam sendiri berprofesi sebagai pedagang imitasi di pasar Bringharjo, kawasan Malioboro Yogyakarta. Profesi ini mengantarnya berkenalan dengan KH Dachlan Salim Zarkasyi. Berawal dari silaturahim ini kemudian KH As’ad Humam mengenal metode Qiroati.

Dari Qiroati ini pula kemudian muncul gagasan-gagasan KH As’ad Humam untuk mengembangkannya supaya lebih mempermudah penerimaan metode ini bagi santri yang belajar Al Quran. Mulailah KH As’ad Humam bereksperimen, dan hasilnya kemudian ia catat, dan ia usulkan kepada KH Dachlan Zarkasyi.

Namun gagasan-gagasan tersebut seringkali ditolak oleh KH Dachlan Salim Zarkasyi, terutama untuk dimasukkan dalam Qiroati, karena menurutnya Qiroati adalah inayah dari Allah sehingga tidak perlu ada perubahan. Hal inilah yang pada akhirnya menjadikan kedua tokoh ”berkonflik”. Sehingga pada akhirnya muncullah gagasan KH As’ad Humam dan Team Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Mushalla (Team Tadarus “AMM”) Yogyakarta untuk menyusun sendiri dengan pengembangan penggunaan cara cepat belajar membaca Al-Qur’an melalui metode Iqro. [sumber: majelis ribaathulmuhibbiin]

Semoga Allah SWT menerima amal baik beliau, dan balasannya Syurga Allah SWT. Amin!



Wow... Pak Anis Baswedan Bakal Jadi Ketua Menteri Pendidikan se- ASEAN

No Comments
Tahun depan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Anies Baswedan disebut akan menjabat ketua Organisasi Menteri-menteri Pendidikan di Asia Tenggara (SEAMEO). Hal ini disusul dengan penetapan Indonesia sebagai tuan rumah pertemuan SEAMEO ke-49 pada 2017 mendatang.

Anies telah menjadi co-chairman sejak pertemuan anggota SEAMEO sejak Maret 2015. Sesuai tradisi lembaga ini, seorang pendamping pemimpin yang akan menjadi ketua SEAMEO selanjutnya.

"SEAMEO memegang peranan penting serta merupakan cikal bakal dibentuknya berbagai program terkait edukasi dan kebudayaan yang kemudian diterapkan. Ini juga menjadi awal munculnya kerja sama di Asia Tenggara," ujar Menteri Pendidikandan Kebudayaan Indonesia Anies Baswedan pada SEAMEO Night merayakan 50 Tahun SEAMEO di komplek kantor KementerianPendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Jakarta, Rabu (7/10/2015).

Anies melanjutkan bahwa ide untuk bekerja sama dalam bidang pendidikan antarnegara ini merupakan sebuah pencapaian besar. Kehadiran SEAMEO telah membantu mempelajari dan memecahkan masalah pendidikan di Asia Tenggara.



Salah satu contohnya adalah program bantuan pendidikan block grant yang telah dijalankan sejak 1997. Program ini memberikan dana bantuan langsung pendidikan yang tidak hanya dilakukan Indonesia, namun juga dicontoh oleh negara-negara lain.

Di bawah kepemimpinan Anies ada harapan agar Indonesia lebih mewarnai SEAMEO. Salah satunya dengan promosi aktif bahasa Indonesia, mengingat Tanah Air merupakan negara dengan penduduk paling banyak di Asia Tenggara.

“Tugas kita untuk memastikan bahwa program yang berjalan sudah menyentuh siswa, sekolah, dan masyarakat. Kita harus mampu menjadi pusat pembangunan, menghadirkan kerja sama besar, dan kepercayaan dalam masyarakat sehingga menciptakan kedudukan Asia Tenggara yang kuat untuk anak-anak kita," ujar Anies.

Anies melanjutkan bahwa bicara tentang pendidikan tak bisa lepas dari membicarakan anak muda, masa depan, serta tentang kerja sama yang membangun masa depan. Waktu 50 tahun untuk sebuah lembaga memang baru sebentar, namun baik SEAMEO maupun masyarakat Asia Tenggara harus mulai berpikir jangka panjang.

Kerja sama dalam bidang pendidikan sudah seharusnya melewati batas-batas ruang dan waktu. Anies mencontohkan ini layaknya pembangunan Candi Borobudur dan Tembok Besar Tiongkok yang menghabiskan ratusan tahun lamanya.

"Mereka yang membangun kedua pusaka dunia itu berasumsi bahwa pekerjaannya akan bertahan selama ribuan bahkan jutaan tahun ke depan sehingga bersedia berpartisipasi dalam projek yang berlangsung lama. Pemahaman ini juga harus kita tanamkan dalam membangun SEAMEO, karena tanpa pemikiran seperti itu tidak akan ada projek besar yang bisa berjalan," ujar Anies.

Untuk rencana pendidikan jangka panjang tersebut, SEAMEO telah menetapkan Tujuh Prioritas Pendidikan. Program ini akan menjadi panduan berjalanannya setiap keputusan SEAMEO sampai tahun 2035.

Hal pertama yang menjadi prioritas SEAMEO adalah pemerataan pendidikan untuk anak usia dini. Target utamanya mencakup anak-anak dengan tingkat ekonomi rendah, masyarakat pedalaman, berasal dari komunitas etnis marjinal dan memiliki kemampuan komunikasi terbatas, serta anak-anak berkebutuhan khusus

Kedua, mengatasi hambatan kesempatan belajar dari sekolah dasar hingga memenuhi program wajib belajar 12 tahun yang disepakati oleh SEAMEO. Pengembangan dilakukan dengan menetapkan peraturan dan pelaksanaan agar proses belajar mengajar terjangkau dan sesuai dengan keragaman masyarakat Asia Tenggara.

Ketiga, mempersiapkan sekolah agar mampu membantu ketahanan negara dalam menghadapi dan mempertahankan pendidikan dalam keadaan darurat. Program ini juga mempersiapkan guru, siswa dan masyarakat lokal berperan aktif ketika permasalahan terjadi di negaranya.

Keempat, menyebarluaskan manfaat pendidikan kejuruan serta meningkatkan relevansi kurikulum agar fokus pada kreatifitas dan inovasi siswa. Program ini akan dijalankan melalui pengadaan konsorsium di bidang-bidang terkait agar anak didik terlatih bekerja dan dengan mudah dapat masuk ke negara-negara lain.

Kelima, menjadikan profesi guru sebagai pilihan pertama dengan mengadakan reformasi pendidikan keguruan. Menyikapi program ini, SEAMEO mengundahng ahli-ahli dari beberapa negara untuk diskusi dalam pengembangan dan pelatihan guru antarnegara.



Keenam, menetapkan standar yang sama pada pendidikan tinggi melalui koordinasi antar-institusi. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi langsung kebutuhan tiap-tiap perguruan tinggi.

Ketujuh menerapkan Kurikulum Abad ke-21 yang mengutamakan pegetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk mempersiapkan siswa menjadi masyarakat global. Pendidikan juga relevan dengan kondisi ekonomi, sosial, budaya, dan politik di Asia Tenggara serta mampu menyatukan komunitas ASEAN melalui komunitas ajar.

Sampai hari ini terdapat 21 Regional Centre untuk mendukung berjalannya program SEAMEO di seluruh Asia Tenggara. Di antaranya terdapat enam Regional Centre yang berdiri di Indonesia, yaitu SEAMEO BIOTROP, SEAMEO RECFON, SEAMOLEC, SEAMEO QITEP in Science, SEAMEO QITEP in Language, dan SEAMEO QITEP in Mathematics.

Tujuan besar dari program ini adalah membangun semangat kesatuan untuk masyarakat Asia tenggara di masa depan, terutama anak muda. Dengan begitu, mereka dapat bersaing tidak hanya di negara sendiri tetapi juga sebagai masyarakat global.

(Sumber: Anne Anggraeni Fathana - Tribun News)

Indonesia Kembali Raih Penghargaan dari UNESCO Bidang Pendidikan

No Comments
Usai meraih penghargaan King Sejong Literacy Price tahun 2015, Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (Ditjen PAUD dan Dikmas), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berhasil meraih penghargaan The UNESCO-Japan Prize for Education for Sustainable Development tahun 2015, pada hari Kamis (05/11), di Perancis, Paris.

Keberhasilan Indonesia meraih penghargaan tersebut atas dasar keunggulan konsep pendidikan nonformal dan informal yang dibuat oleh Pusat Pengembangan Anak Usia Dini, Pendidikan Nonformal dan Informal (PPPAUDNI) Regional I Jayagiri Bandung, sebagai unit pelaksana teknis Ditjen PAUD dan Dikmas, yang menampilkan naskah program unggulan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan dengan judul Eco-Friendly Entrepreneurship for Youth and Adults, atau program kewirausahaan bagi pemuda dan dewasa di pedesaan usia antara 18 s.d. 45 tahun.



Kepala Pusat PPAUDNI Regional I Jayagiri Bandung Djajeng Baskoro selaku perwakilan Indonesia yang menerima penghargaan tersebut menjelaskan, program yang dirancang ini bertujuan untuk menciptakan wirausahawan baru berbasis keunggulan dan daya saing lokal untuk meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat. Selain itu juga program ini pun diupayakan untuk melestarikan budaya lokal, serta mempertahankan konservasi lingkungan.

Metode yang diterapkan dalam program ini, kata Djajeng, menggambarkan kondisi kehidupan nyata melalui titik masukan (entry point) kewirausahaan dengan berbagai keterampilan vokasional, seperti kerajinan tangan wayang dan ukiran, budidaya ikan air tawar, pertanian sayuran organik, dan vokasi lainnya yang menggunakan bahan-bahan limbah dan daur ulang sebagai bahan baku. “Program ini juga menerapak strategi kooperatif dan kompetitif yang mampu menstimulasi semangat kerja sama dan peduli dalam kelompok. Namun, dalam saat yang bersamaan memperkenalkan mereka kedalam kompetisi yang sehat dengan kelompok lainnya,” jelas Djajeng.

“Program ini merupakan pendekatan inovatif bagi pengembangan keterampilan kewirausahaan dan pemenuhan kebutuhan ekonomi lokal, interaksi sosial, dan pemanfaatan sumber daya berdasarkan prinsip-prinsip pedagogi dan berkelanjutan,” tutur Djajeng.

Djajeng menambahkan, pendekatan tersebut bermuara pada munculnya ekonomi lokal yang mencukupi, interaksi masyarakat yang kohesif dengan mempertahankan budaya lokal dan menjamin pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan melalui praktek nyata. Dengan begitu dalam tindak lanjut usai menerima penghargaan ini adalah merubah pola pikir dan mental, serta perilaku seluruh komponen bangsa yang ditempuh melalui penyelenggaraan pendidikan yang lebih komprehensif yang mengintegrasikan kemampuan intelektual, moral spiritual, dan vokasional berwawasan lingkungan.

“Ini menjadi kebanggaan bagi Bangsa Indonesia melalui seleksi yang sangat ketat dengan konsep-konsep yang disampaikan, akhirnya Indonesia terpilih dan menerima penghargaan yang dari UNESCO. Turut dua negara lainnya yang terima penghargaan yakni SERES Guantemala-Elsavador dan RootAbility dari Jerman,” kata Djajeng.

Kilas UNESCO-Japan Prize for Education for Sustainable Development 

UNESCO-Japan Prize for Education for Sustainable Development dibentuk oleh Dewan Eksekutif UNESCO pada sesi ke-195 dalam kerangka kerja GAP untuk Pembangunan Berkelanjutan dan secara resmi diumumkan pada Konferensi Dunia UNESCO pada ESD (10-12 November 2014, Aichi-Nagoya, Jepang). Untuk pertamakalinya pada tahun ini didanai oleh Pemerintah Jepang memberikan hadiah sebesar USD 50.000 kepada tiga negara pemenang, yaitu Indonesia, Elsavador, dan Jerman.

Penghargaan UNESCO-Japan Prize diberikan untuk menghormati upaya luar biasa dari individu, lembaga dan organisasi yang terlibat dalam bidang pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan. Penghargaan ini merupakan langkah baru ke depan dalam rangka Program Aksi Global Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan, karena pembangunan berkelanjutan memerlukan cara baru untuk melihat dunia, cara berpikir, cara-cara baru bertindak.

sumber: kemdikbud.go.id

#insurance

PRESIDEN ANUGERAHKAN GELAR PAHLAWAN NASIONAL KEPADA LIMA ORANG TOKOH PEJUANG

No Comments

Bertempat di Istana Negara, pukul 10.00 WIB (5/11 kemarin), Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada 5 (lima) orang tokoh pejuang.

Pemberian gelar tersebut dilakukan berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 116/TK/2015 yang ditandatangani pada tanggal 4 November 2015.

Berdasarkan Keppres tersebut Presiden Jokowi menetapkan:
1. Alm. Bernard Wilhem Lapian, dari Sulawesi utara,
2. Alm. Mas Isman, dari Jawa Timur;
3. Alm. Komjen. Pol. Moehammad Jasin, dari Jawa Timur;
4. Alm. I Gusti Ngurah Made Agung, dari Bali; dan
5. Alm. Ki Bagus Hadikusumo tokoh dari Yogyakarta
sebagai pahlawan nasional.



Upacara penganugerahan gelar tersebut ditandai dengan pemberian plakat sebagai penghargaan simbolik oleh Presiden Jokowi kepada ahli waris atau perwakilan dari penerima gelar.

“Hingga saat ini sudah 168 orang yang ditetapkan sebagai pahlawan Nasional,” kata Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa kepada wartawan usai upacara penganugerahan.

Dalam acara penganugerahan ini Presiden didampingi oleh Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Wakil Presiden dan Ibu Mufidah Jusuf Kalla, Kepala Staf Presiden Teten Mazduki, Setkab Pramono Anung, Mensos Khofifah Indar Parawansa, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Menteri Agama Lukman Saifuddin, Menko PMK Puan Maharani, anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Pimpinan DPR, Ketua DPD Irman Gusman, dan Ketua KPU Husni Kamil Manik.

Sumber : www.setkab.go.id


Iklan Google

Iklan Google