Tahun depan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Anies Baswedan disebut akan menjabat ketua Organisasi Menteri-menteri Pendidikan di Asia Tenggara (SEAMEO). Hal ini disusul dengan penetapan Indonesia sebagai tuan rumah pertemuan SEAMEO ke-49 pada 2017 mendatang.
Anies telah menjadi co-chairman sejak pertemuan anggota SEAMEO sejak Maret 2015. Sesuai tradisi lembaga ini, seorang pendamping pemimpin yang akan menjadi ketua SEAMEO selanjutnya.
"SEAMEO memegang peranan penting serta merupakan cikal bakal dibentuknya berbagai program terkait edukasi dan kebudayaan yang kemudian diterapkan. Ini juga menjadi awal munculnya kerja sama di Asia Tenggara," ujar Menteri Pendidikandan Kebudayaan Indonesia Anies Baswedan pada SEAMEO Night merayakan 50 Tahun SEAMEO di komplek kantor KementerianPendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Jakarta, Rabu (7/10/2015).
Anies melanjutkan bahwa ide untuk bekerja sama dalam bidang pendidikan antarnegara ini merupakan sebuah pencapaian besar. Kehadiran SEAMEO telah membantu mempelajari dan memecahkan masalah pendidikan di Asia Tenggara.
Salah satu contohnya adalah program bantuan pendidikan block grant yang telah dijalankan sejak 1997. Program ini memberikan dana bantuan langsung pendidikan yang tidak hanya dilakukan Indonesia, namun juga dicontoh oleh negara-negara lain.
Di bawah kepemimpinan Anies ada harapan agar Indonesia lebih mewarnai SEAMEO. Salah satunya dengan promosi aktif bahasa Indonesia, mengingat Tanah Air merupakan negara dengan penduduk paling banyak di Asia Tenggara.
“Tugas kita untuk memastikan bahwa program yang berjalan sudah menyentuh siswa, sekolah, dan masyarakat. Kita harus mampu menjadi pusat pembangunan, menghadirkan kerja sama besar, dan kepercayaan dalam masyarakat sehingga menciptakan kedudukan Asia Tenggara yang kuat untuk anak-anak kita," ujar Anies.
Anies melanjutkan bahwa bicara tentang pendidikan tak bisa lepas dari membicarakan anak muda, masa depan, serta tentang kerja sama yang membangun masa depan. Waktu 50 tahun untuk sebuah lembaga memang baru sebentar, namun baik SEAMEO maupun masyarakat Asia Tenggara harus mulai berpikir jangka panjang.
Kerja sama dalam bidang pendidikan sudah seharusnya melewati batas-batas ruang dan waktu. Anies mencontohkan ini layaknya pembangunan Candi Borobudur dan Tembok Besar Tiongkok yang menghabiskan ratusan tahun lamanya.
"Mereka yang membangun kedua pusaka dunia itu berasumsi bahwa pekerjaannya akan bertahan selama ribuan bahkan jutaan tahun ke depan sehingga bersedia berpartisipasi dalam projek yang berlangsung lama. Pemahaman ini juga harus kita tanamkan dalam membangun SEAMEO, karena tanpa pemikiran seperti itu tidak akan ada projek besar yang bisa berjalan," ujar Anies.
Untuk rencana pendidikan jangka panjang tersebut, SEAMEO telah menetapkan Tujuh Prioritas Pendidikan. Program ini akan menjadi panduan berjalanannya setiap keputusan SEAMEO sampai tahun 2035.
Hal pertama yang menjadi prioritas SEAMEO adalah pemerataan pendidikan untuk anak usia dini. Target utamanya mencakup anak-anak dengan tingkat ekonomi rendah, masyarakat pedalaman, berasal dari komunitas etnis marjinal dan memiliki kemampuan komunikasi terbatas, serta anak-anak berkebutuhan khusus
Kedua, mengatasi hambatan kesempatan belajar dari sekolah dasar hingga memenuhi program wajib belajar 12 tahun yang disepakati oleh SEAMEO. Pengembangan dilakukan dengan menetapkan peraturan dan pelaksanaan agar proses belajar mengajar terjangkau dan sesuai dengan keragaman masyarakat Asia Tenggara.
Ketiga, mempersiapkan sekolah agar mampu membantu ketahanan negara dalam menghadapi dan mempertahankan pendidikan dalam keadaan darurat. Program ini juga mempersiapkan guru, siswa dan masyarakat lokal berperan aktif ketika permasalahan terjadi di negaranya.
Keempat, menyebarluaskan manfaat pendidikan kejuruan serta meningkatkan relevansi kurikulum agar fokus pada kreatifitas dan inovasi siswa. Program ini akan dijalankan melalui pengadaan konsorsium di bidang-bidang terkait agar anak didik terlatih bekerja dan dengan mudah dapat masuk ke negara-negara lain.
Kelima, menjadikan profesi guru sebagai pilihan pertama dengan mengadakan reformasi pendidikan keguruan. Menyikapi program ini, SEAMEO mengundahng ahli-ahli dari beberapa negara untuk diskusi dalam pengembangan dan pelatihan guru antarnegara.
Keenam, menetapkan standar yang sama pada pendidikan tinggi melalui koordinasi antar-institusi. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi langsung kebutuhan tiap-tiap perguruan tinggi.
Ketujuh menerapkan Kurikulum Abad ke-21 yang mengutamakan pegetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk mempersiapkan siswa menjadi masyarakat global. Pendidikan juga relevan dengan kondisi ekonomi, sosial, budaya, dan politik di Asia Tenggara serta mampu menyatukan komunitas ASEAN melalui komunitas ajar.
Sampai hari ini terdapat 21 Regional Centre untuk mendukung berjalannya program SEAMEO di seluruh Asia Tenggara. Di antaranya terdapat enam Regional Centre yang berdiri di Indonesia, yaitu SEAMEO BIOTROP, SEAMEO RECFON, SEAMOLEC, SEAMEO QITEP in Science, SEAMEO QITEP in Language, dan SEAMEO QITEP in Mathematics.
Tujuan besar dari program ini adalah membangun semangat kesatuan untuk masyarakat Asia tenggara di masa depan, terutama anak muda. Dengan begitu, mereka dapat bersaing tidak hanya di negara sendiri tetapi juga sebagai masyarakat global.
(Sumber: Anne Anggraeni Fathana - Tribun News)